1.
Karies Gigi
Karies
gigi berasal dari bahasa latin yang artinya lubang gigi. Hal ini ditandai
dengan rusaknya email dan dentin secara progresif
yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme
bakteri dan plak. Karies adalah penyakit infeksi pada gigi yang paling sering terjadi pada dewasa muda dan tua sehingga apabila
tidak dirawat maka akan bertambah buruk dan
dapat menimbulkan rasa sakit yang berpotensi menyebabkan kehilangan gigi. Karies gigi merupakan proses
demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi
antara mikroorganisme,ludah,bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email. Karies gigi memliki dampak yang luas, meliputi
keterbatasan fungsi, rasa sakit
fisik,ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.
Penyakit ini
bersifat progresif dan jika tidak diobati maka dapat berkembang sampai
ke pulpa dan lubang yang telah terbentuk tidak dapat
diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan dan menyebabkan peradangan pada pulpa gigi sehingga menimbulkan rasa sakit dan ketidak nyamanan dan bahkan
sampai kehilangan vitalitas kemudian
kehilangan gigi.
Pada lansia
masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi,yaitu karies gigi.Karies
gigi pada lansia merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di berbagai
negara.Di Indonesia berdasarkan Riskesdes tahun 2007
karies gigi menyerang 90,90% penduduk dengan
DMFT sebesar 6,44.Peningkatan karies sangat erat kaitannya dengan bertambahnya umur seseorang
2. Penyebab karies gigi pada lansia
Penyebab karies gigi dipengaruhi oleh
faktor yaitu host, agent, dan environment serta
waktu atau lamanya proses interaksi antar faktor
tersebut.
v .Host (Gigi )
Morfologi setiap gigi manusia berbeda-beda, permukaan oklusal gigi
memiliki lekuk dan fissur yang
bermacam-macam dengan kedalaman yang berbeda-beda.Gigi dengan lekukan yang dalam merupakan daerah yang sulit dibersihkan
dari sisa makanan yang melekat sehingga plak
akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan karies gigi.
Karies gigi sering terjadi pada
permukaan gigi yang spesifik. Karies pada gigi permanen ditemukan pada permukaan pit dan fissure.Kawasan
gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies.
Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut, yaitu :
a. Pit dan fissur pada permukaan oklusal molar dan premolar,pit
bukal molar,dan pit palatal
insisivus.
b. Permukaan halus didaerah approksimal
sedikit dibawah titik kontak.
c. Email pada tepian didaerah leher gigi
sedikit diatas tepi gingival.
d. Permukaan akar yang terbuka yang merupakan daerah tempat
melekatnya plak pada pasien
dengan resesi gingiva karena penyakit periodontium.
e. Tepi tumpatan terutama yang kurang
atau mengemper.
f. Permukaan gigi yang halus yang berdekatan dengan gigi tiruan
atau jembatan.
v
Agent ( Mikroorganisme )
Mikroorganisme
sangat berperan menyebabkan karies. Streptococcus mutans dan
Lactobacillus merupakan
2 dari 500 bakteri yang terdapat pada plak gigi dan merupakan bakteri utama penyebab terjadinya karies. Plak adalah suatu
massa padat yang merupakan kumpulan bakteri
yang tidak terkalsifikasi, melekat erat pada permukaan gigi, tahan terhadap pelepasan dengan berkumur atau gerakan
fisiologis jaringan lunak. Plak akan terbentuk
pada semua permukaan gigi dan tambalan. Perkembangannya paling baik pada daerah yang sulit untuk dibersihkan, seperti
daerah tepi gingival, pada permukaan proksimal
dan di dalam fisur. Bakteri yang kariogenik tersebut akan memfermentasi sukrosa menjadi asam laktat yang sangat kuat
sehingga mampu menyebabkan demineralisasi
v Environment
Lingkungan
gigi terdiri dari saliva. Dalam keadaan normal, gigi selalu di basahi oleh
saliva karena kerentanan gigi terhadap karies banyak
bergantung pada lingkungannya maka peran
saliva sangat besar.Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor.
Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme
di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pHnya. Kaerena itu, jika aliran saliva berkurang atau menghilang maka karies mungkin
akan tidak terkendali
3. Waktu
Karies
merupakan penyakit yang berkembangnya lambat dan keaktifannya berjalan
bertahap serta merupakan proses dinamis yang ditandai
oleh periode demineralisasi dan remineralisasi.
Kecepatan karies anak-anak lebih tinggi di bandingkan dengan kecepatan kerusakan gigi orang dewasa. Pada lansia penyebab karies gigi terjadi disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu penyakit sistemik, berkurangnya produksi
air ludah dan lebih lama terpapar makanan dan minuman
manis dalam proses pengunyahan yang dapat menyebabkan kerusakan gigi semakin banyak dan semakin parah.
4. Karies gigi pada lansia
Seiring
dengan meningkatnya usia seseorang, maka jumlah karies gigi pun semakin
meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena pada
lansia biasanya terjadi penurunan tingkat
kebersihan gigi sehingga masalah kesehatan gigi pada lansia, seperti penyakit
karies gigi semakin meningkat. Mayoritas karies gigi pada lansia, yaitu
karies akar.
5. Pengukuran karies gigi
Pengukuran
karies gigi terdiri dari indeks DMF-T (Decay Missing Filled Teeth)
untuk gigi permanen, indeks RCI (Root
Caries Indeks) untuk mengukur karies akar, dan indeks UTN untuk melihat kebutuhan perawatan.
1. Indeks DMF-T (Decay Missing Filled
Teeth).
Indeks DMF-T merupakan indeks yang
digunakan pada gigi permanen untuk menunjukkan banyaknya gigi yang terkena karies. D (Decayed)
merupakan lubang pada gigi akibat
dekalsifikasi jaringan email gigi yang terlihat keputih-putihan atau kecoklatan dengan ujung sonde terasa menyangkut pada
kavitas dan M (Missing) merupakan
hilangnya gigi permanen karena telah tanggal atau dicabut, maupun karies
gigi permanen yang diindikasikan untuk pencabutan,
seperti jika mahkota gigi tidak ada atau hanya
tinggal akar sedangkan F (Filling) merupakan tambalan atau tumpatan pada
gigi permanen baik secara tetap maupun berupa
tambalan sementara
2.
Indeks RCI ( Root Caries Indeks )
Indeks RCI
( Root Caries Indeks ) merupakan indeks untuk mengukur karies akar.
Kriteria penilaiannya, adalah
1. jika utuh dengan akar terbuka ;
2 jika akar gigi yang mengalami karies ;
3 jika akar gigi yang
ditumpat mengalami karies ;
4 jika akar
gigi yang ditumpat tidak mengalami karies ;
5 jika sisa akar dan 6 jika akar gigi
yang tidak terpapar.
3. Indeks
UTN
Indeks UTN
merupakan indeks untuk melihat kebutuhan perawatan dalam suatu
populasi.
UTN =
Rerata D x 100%
Rerata D +
Rerata F
6. Kualitas hidup
Kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO) merupakan
persepsi
seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai
dengan tempat hidup orang tersebut serta
berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya. Kualitas hidup pada lansia dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain status kesehatan
mulut.
Kualitas
hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks mencakup usia
harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan
psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan
dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan
jaringan sosial.Pada umumnya, warga lanjut usia
menghadapi kelemahan, keterbatasan dan
ketidakmampuan sehingga kualitas hidup pada lanjut usia menjadi menurun.Tetapi,
segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan
dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai
kualitas hidup lansia yang optimal (optimum
aging). Kualitas hidup lansia yang optimal bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau
optimal sehingga memungkinkan mereka bisa
menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan,
berguna dan berkualitas.
7.
Faktor penentu kualitas hidup
Hidup lansia yang berkualitas merupakan kondisi fungsional lansia
pada kondisi optimal sehingga mereka
bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna,membahagiakan dan berguna. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk
tetap bisa berguna dimasa tuanya, yaitu :
1. Kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan
kemunduran yang dialami.
2. Adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan
lansia tersebut.
3. Lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami
kebutuhan dan kondisi psikologis lansia
dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki.
Penelitian
menemukan,faktor usia mempunyai hubungan yang secara statistik
signifikan dengan kualitas hidup. Lansia yang berusia
70 tahun ke atas memiliki kemungkinan untuk
berkualitas hidup lebih buruk dari pada lansia berusia kurang dari 70 tahun. Semakin tua umur semakin buruk kualitas hidup.Hal
ini di sebapkan karena dengan bertambahnya umur terdapat penurunan
fisik,perubahan mental, perubahan psikososial antara lain pensiun, akan kehilangan finansial, status, teman atau
kenalan, pekerjaan atau kegiatan, merasakan
atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara hidup seperti kesepian,hidup
sendiri, perubahan ekonomi, penyakit kronis dan ketidak mampuan, hilangnya
kekuatan dan ketegapan fisik.
8.
Kualitas hidup lansia yang menggunakan gigitiruan
Menurut penelitian menyimpulkan bahwa lansia yang menggunakan
gigitiruan dapat berpengaruh
terhadap kualitas hidup. Berikut ini penelitian yang pernah dilakukan pada lansia pengguna
gigitiruan oleh Sinta Winarso dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (2010) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna pada kualitas hidup sebelum dan
sesudah pemakaian gigitiruan. Pada lansia penggunaan gigitiruan sangat penting untuk memperbaiki keadaan agar tidak menjadi
lebih parah. Dalam pemenuhan kesehatan pada
umumnya dan kesehatan gigi dan mulut khususnya
terutama untuk mempertahankan fungsi kunyah diperlukan gigitiruan. Gigitiruan yang biasanya disebut protesa bisa dalam bentuk
gigi tiruan cekat (fixed) ataupun gigi tiruan lepasan (removable). Namun,
pembuatan gigi tiruan tersebut dapat dikatakan
secara ekonomi membutuhkan biaya tambahan yang relatif cukup mahal
9.
Kualitas hidup lansia yang tidak menggunakan gigitiruan
Kesehatan mulut yang buruk berdampak negatif terhadap kualitas
hidup pada usia lanjut, dan
membutuhkan program kesehatan mulut secara intensif. Mengganti gigi yang hilang dengan gigitiruan bagi lansia
sangat penting karena lansia dengan kehilangan
gigi geligi dan tidak diganti maka akan mempengaruhi proses pengunyahan,
berbicara dan estetika sehingga berpengaruh terhadap
menurunnya kualitas hidup.
10.
Hubungan karies gigi dengan kualitas hidup lansia
Penyakit mulut merupakan salah satu kondisi kronik yang paling
banyak dijumpai pada lansia
terutama pada karies gigi. Pada keadaan mulut
yang buruk, misalnya banyaknya gigi yang
hilang akibat karies yang tidak dirawat maka akan mengganggu fungsi, dan aktivitas rongga mulut sehingga akan
mempengaruhi status gizi serta akan berdampak
pada kulaitas hidup terutama pada lansia. Meningkatnya
usia dihubungkan dengan meningkatnya karies
gigi pada lansia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar