Selasa, 17 Desember 2019

Perbaikan pelayanan BPJS untuk mendukung program pelayanan kesehatan



                                        mengurus kartu bpjs yang hilang
Pemerintah menambah kuota Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) yang ditanggung oleh APBN di tahun 2019 menjadi 96,8 juta jiwa dari sebelumnya sebanyak 92,4 juta jiwa. Penambahan kuota ini merupakan wujud komitmen kuat pemerintah terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) khususnya dalam hal peningkatan cakupan kepesertaan. “Ada penambahan sebanyak 4,4 juta jiwa dari tahun-tahun sebelumnya (2016-2018). Ini merupakan kabar baik, diharapkan melalui penambahan kuota PBI ini akan mempercepat terwujudnya cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage,” jelas Kepala Humas BPJS Kesehatan, Iqbal Anas Ma’ruf (08/01).Iqbal menerangkan, penambahan kuota PBI-JK ini berdasarkan surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 01/HUK/2019 tentang Penetapan Penerimaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2019 yang ditandatangani oleh Menteri Sosial Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita. Data peserta ini sudah termasuk bayi dari peserta PBI-JK yang didaftarkan pada tahun 2019."Untuk memastikan peserta yang menjadi PBI-JK adalah yang benar-benar berhak dan memenuhi kualifikasi yang ditetapkan pemerintah, pemutakhiran data pun secara rutin dilakukan oleh Kementerian Sosial bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan menggandeng kementerian Dalam Negeri dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) baik di tingkat pusat maupun daerah," ujar dia.Sepanjang tahun 2018 dilakukan proses verifikasi dan validasi (verivali) yang dilakukan Kemensos sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pemadanan dengan data kependudukan sehingga ada sistem informasi data PBI berbasis NIK. Ada beberapa hal yang diverifikasi dan divalidasi setiap waktu. Misalnya, penghapusan peserta PBI-JK yang sudah mampu, sudah menjadi Pekerja Penerima Upah (PPU), meninggal dunia atau memiliki NIK ganda. BPJS Kesehatan melaporkan setiap bulan ke Kemenkes dengan tembusan Kemensos. Selanjutnya jika sudah dikoordinasikan lintas lembaga, BPJS Kesehatan akan menerima perubahan PBI-JK tersebut untuk diperbaharui

Angka stunting 30 % di Indonesia




Angka tersebut setara dengan angka prevalensi stunting secara nasional. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka stunting di Indonesia masih sebesar 30,8 persen. Angka ini tentu masih tinggi dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yakni 20 persen.

Oleh karena itu, Pemeritah Kabupaten (Pemkab) Solok berharap semua pihak diharapkan ikut peduli dan bergerak dalam rangka penurunan angka prevalensi stunting termasuk remaja.
"Untuk menangani stunting ini tidak bisa hanya dengan cara penanggulangan, tapi juga perlu dilakukan tindakan pencegahan. Oleh karena itu, penting untuk para remaja mendapatkan akses edukasi mengenai gizi seimbang dan kesehatan karena merekalah yang nanti akan melahirkan generasi berikutnya di masa depan," ujar Medison.

Oleh karena itu, Pemkab Solok menyambut baik kehadiran forum sosialisasi Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Solok, Kamis, 3 Oktober 2019.

"Kami berharap para peserta dapat memahami pemaparan dari narasumber di Genbest Solok ini dan nantinya bisa menjadi agen pencegahan stunting di Kabupaten Solok. Mereka bisa menyebarkan informasi ini kepada keluarga, teman-teman dan lingkungannya," ujar Medison.
Kepala Seksi Produksi Konten dan Diseminasi Info Kesehatan Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK), Kementerian Kominfo, Septa Dewi Anggraeni berharap dengan adanya Forum Sosialisasi Genbest ini, para remaja Solok juga dapat menjadi agen komunikasi dalam menyosialisasikan dan mengomunikasikan mengenai pencegahan stunting kepada teman-teman sebaya mereka baik melalui tatap muka maupun melalui media sosial.

“Indonesia akan mengalami bonus demografi di tahun 2030. Bonus demografi ini akan menjadi sia-sia jika generasi mendatang terkena stunting. Oleh karena itu, stunting harus dicegah sejak remaja dengan memberikan pemahaman tentang pencegahan stunting dan pola hidup bersih dan sehat. Hal ini dikarenakan nantinya para remaja inilah yang di masa depan nanti akan menjadi ibu dan melahirkan generasi selanjutnya yang terbebas dari stunting,” tutup Septa.


Selasa, 26 November 2019

ROKOK MEMBUNUHMU DAN MENGURAS ISI DOMPETMU


1.        Defenisi Rokok


                                   sumber gambar :
Rokok adalah produk tembakau yang dibakar dan dihisap atau dihirup asapnya, baik rokok kretek, rokok putih, rokok cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan
 ( PP RI No. 109, 2012) .
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik dengan menggunakan rokok ataupun menggunakan pipa (Anggraeni, 2011). Jumlah rata-rata rokok yang dihisap sehari dikalikan dengan lama merokok dalam tahun dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.       Ringan : 0-200
b.      Sedang : 201-600
c.       Berat :> 600
Sementara itu seseorang dikatakan bukan perokok yaitu apabila tidak pernah sekali merokok satu batang ( Syamsuddin, 2015).
Panas dan akumulasi produk-produk hasil pembakaran rokok merupakan iritan lokal yang dapat mempengaruhi  responsi inflamasi gingival terhadap plak, rusaknya jaringan pendukung gigi, dan penyembuhan luka pasca perawatan. Perubahan-perubahan dalam rongga mulut seorang perokok dapat berupa :
a.         Endapan kecoklatan  tar dan pewarnaan  struktur gigi.
b.        Pewarnaan  keabu-abuan yang menyebar (difusi) dan leukoplak di Gingiva.
c.         Smoker’s palate yang ditandai dengan penonjolan kelenjar mukosa disertai inflamasi disekitar muara dan eritema yang difus atau gambaran permukaan palatum seperti krikil (Megananda Hiranya Putri, 2011). 
Secara umum dikenal tiga aspek dari merokok, yaitu :
a.         Ketagihan secara fisik atau kimia, yaitu ketagihan terhadap nikotin.
b.        Automatic habit, berupa kebiasaan dalam merokok, ritual habit seperti membuka bungkus rokok, menyalakannya, menghisapnya dalam-dalam, merokok sehabis makan, merokok sambil minum kopi dan lain-lain.
c.         Ketergantungan secara psikologis atau emosional yaitu kebiasaan menggunakan rokok dalam mengatasi masalah yang bersifat negatif, seperti rasa gelisah, kalut atau frustasi.
2.        Zat Berbahaya dalam komponen rokok
Caldwell (2009) berpendapat bahwa asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia. Secara umum komponen rokok dibagi menjadi dua yaitu :
1.        Komponen gas
Komponen gas adalah bagian yang dapat melewati filter yang terdapat didalam asap rokok antara lain: lutidin, rubidin, formalin, asam karbolik, metalimin, akreolin, colidin, viridin, arsen, asam formik, nikotin, hidrogen sulfida, pirel, furfurol, benzopiren, metil alkohol, asam hidrosianik, korodin, amonia, metana, karbonmonoksida, dan piridin. Benzopiren dan lutidin berasal dari tar tembakau yang dapat menyebabkan kanker. Colidin menyebabkan kelumpuhan dan lambat laun mengakibatkan kematian. Asam karbolik dan asam hidrosianik, keduanya merupakan racun yang berbahaya. Asam hidrosianik sangat populer digunakan para penulis cerita detektif. Racun tersebut mampu membunuh dalam hitungan menit.





                                                             sumber gambar

Metil alkohol menimbulkan kebutaan, sementara karbon monoksida mengikat oksigen didalam darah, sehingga darah tidak bisa menyuplai oksigen keseluruh jaringan tubuh.
Formalin sering digunakan untuk membalsem mayat. Sementara arsenik adalah sejenis racun yang digunakan untuk membunuh tikus. Kandungan arsenik didalam tembakau ternyata 50 kali lebih besar dari jumlah yang diizinkan secara legal.
2.        Komponen padat
Komponen padat adalah bagian yang tertinggal pada filter berupa nikotin dan tar. Nikotin merupakan bahan adiktif yang menimbulkan ketergantungan atau kecanduan. Perokok yang kecanduan nikotin tidak dapat beradaptasi dengan semakin meningkatnya konsumsi perokok. Tar adalah kumpulan beribu-ribu bahan kimia yang terdapat dalam rokok. Tar bersifat karsinogen penyebab kanker.

Menurut Ellisabet (2010), berpendapat bahwa nikotin merupakan senyawa kimia yang secara alami ditemukan pada tembakau, merupakan senyawa yang sangat adiktif bahkan sama adiktifnya dengan heroin dan kokain. Nikotin memproduksi perasaan senang yang membuat para perokok ingin terus menerus merokok. Tar merupakan bahan kimia yang menjadi penyebab noda kuning kecoklatan pada kuku dan gigi para perokok. Selain itu tar juga dapat membuat flek pada paru-paru. Tar akan menyelimuti cillia (rambut getar pada trakea) yang bertugas melindungi dan membersihkan paru-paru sehingga cillia tidak dapat berfungsi optimal bahkan lumpuh sama sekali (Denny ermawati, 2015).
3.        Klasifikasi Perokok
Membagi perokok atas tiga kategori yaitu :
a.         Perokok adalah seorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali.
b.        Eksperimen adalah seseorang yang telah mencoba merokok tetapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.
c.         Perokok tetap atau perokok reguler adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi.
Berdasarkan kemampuannya menghisap rokok dalam sehari, perokok dapat   dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a.         Perokok ringan yaitu perokok yang mengonsumsi rokok kurang dari 10 batang per hari.
b.        Perokok sedang yaitu perokok yang mengonsumsi 10-20 batang rokok per-hari.
c.         Perokok berat yaitu perokok yang mengonsumsi lebih dari 20 batang rokok perhari (Alamsyah, 2016).
4.        Mekanisme merokok
Asap yang dihembuskan pada saat merokok dibedakan atas : asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan bagian asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebar ke udara bebas dan dapat dihirup oleh orang lain yang berada diruang yang sama yang dikenal perokok pasif
(Denny Ermawati, 2015).
1.        Jenis-jenis Rokok
Ada dua jenis produk rokok di Indonesia yaitu rokok putih dan rokok kretek rokok kretek, yaitu :
1)        rokok kretek, yakni rokok yang memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh pada tembakau rajangan yang menghasilkan bunyi kretek-kretek ketika dihisap (Anonymous, 2001), berdasarkan cara pembuatannya rokok kretek dapat dibedakan menjadi sigaret kretek tangan (SKT) yaitu rokok kretek yang dibuat menggunakan tangan (Susanto, 2001), dan sigaret kretek mesin (SKM) yang berawal ketika pabrik rokok Bentoel menggunakan mesin karena kekurangan tenaga pelinting (Susanto, 2001).
2)        rokok putih, adalah rokok dengan atau tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris atau tembakau lainnya tanpa menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas sigaret dan boleh menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak diijinkan berdasarkan ketentuan Pemerintah RI (Anonymous, 1999).
3)        cerutu, adalah produk dari tembakau tertentu berbentuk seperti rokok dengan bagian pembalut luarnya berupa lembaran daun tembakau dan bagaian isisnya campuran serpihan tembakau tanpa penambahan bahan lainnya. Tembakau tertentu berbentuk seperti rokok dengan bagian pembalut luarnya berupa lembaran daun tembakau dan bagaian isisnya campuran serpihan tembakau tanpa penambahan bahan lainnya.
2.        Pengaruh rokok pada kesehatan gigi dan mulut
Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak dari pada yang bukan perokok. Rokok menigkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan gigi dan gusi, yakni menimbulkan gusi berdarah, gusi bengkak, bau mulut, gigi tanggal hingga kanker oral. Gigi dapat berubah warna karena efek tembakau. Asam lambung juga turut meningkat seiring dengan menigkatnya keasaman mulut sehingga para perokok sering terserang penyakit mag (Denny Ermawati, 2015).

 3.       Penyakit yang berkaitan dengan akibat rokok
a.         Penyakit jantung
Bahaya yang sering bagi para perokok adalah adanya penyakit jantung. Insiden serangan penyakit jantung lebih banyak dibandingkan penyakit kanker paru-paru akibat rokok.
b.        Penyakit paru
Akibat asap rokok yang masuk saluran napas menimbulkan rangsangan jalan napas, jalan napas dirangsang setiap hari dengan bahan beracun memicu timbulnya kanker paru-paru.
c.         Emphisema paru
Perokok berat menahun akan mengalami emphisema. Paru-paru akan kehilangan elastisitasnya, sehingga sulit mengeluarkan kotoran tandanya adalah sesak napas, baik pagi dan malam hari.
d.        Impotensi
Peredaran bahan nikotin menyebar keseluruh tubuh termaksud kealat reproduksi laki-laki. Pengaruhnya adalah akan mengganggu proses pembuatan sel bibit lelaki selain menyebabkan disfungsi ereksi dan akibatnya menimbulkan peristiwa impotensi (Alamsyah, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni N dan Siti RI, 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja dan Dukungan Orang Tua dengan Kejadian Merokok pada Remaja Usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang. Jurnal ilmu Kebidanan dan Kandungan Vol. 4 (No.2)
 Alamsyah, R.M., 2009, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan hubungannya dengan status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan, Tesis, Univ. Sumatra Utara.
Syamsuddin, 2014. Asap Rokok dan Ruangan Ber-Ac. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis . Vol.4 (No.2): Hal 138.

Senin, 18 November 2019

GINGIVA


1.      PENGERTIAN GUSI



Hasil gambar untuk gambar gusi sehat dan gusi tidak sehat
                           Sumber Gambar

Gusi atau dikenal dalam bahasa medis lebih di kenal dengan gingivitis adalah jaringan lunak yang menetupi leher gigi atau tulang rahang, baik yang terdapat pada rahang atas maupun rahang bawah. Gusi sendiri merupakan salah satu dari jaringan penyangga gigi.
Gusi tersebut ada yang melekat betul pada tulang rahang, ada yang lepas dari tulang rahang hanya menempel saja pada leher gigi. Bagian ini disebut tepi gusi bebas  ( free marginal ginggiva ). Tepi bebas yang berada dianatara dua gigi yang berdekatan disebut dengan interdental papilla.
2.      CIRI-CIRI GUSI SEHAT.
Tanda-tanda atau ciri-ciri gusi sehat yaitu :
1.      Warnanya merah mudah ( sesuai warna kulit seseorang )
2.      Gusi melekat erat pada tulang rahang
3.      Mempunyai bentuk seperti gigi pisau dan sekitarnya seperti bulan sabit
4.      Tidaka ada rasaa sakit
5.      Tidak ada perdarahan
6.      Tidak bengkak dan apabila terjadi bengkak biasanya warna sangat merah dan mudah terjadi perdarahan.
3.      PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH GUSI YANG TIDAK SEHAT.
Apabila gusi anda tidak tampak seperti ciri-ciri di atas segeralah periksakan dan ketahui apa penyebab. Sebab, ada beberapa penyakit yang biasanya menjangkit gusi. Penyakit tersebut antara lain:
1.      Ginggivitis
Yaitu peradangan yang disebabkan oleh plak yang terbentuk sekitar gusi. Jika pembersihan gigi yang dilakukan setiap hari tak mampu membersihkan dan mengangkat plak yang terbentuk, hal itu bisa memproduksi racunyang bisa menyebabkan iritasi pada lapisan luar gusi dan timbullah gingivitis.
2.      Periodontitis
Pada tahap ini, tulang penyangga gigi dan jaringan yang menyangga gigi di tempay yang terinfeksi tersebut sudah mulai mengalami “kerusakan”. Gusi sudah mulai membentuk kantong yang aan menjadi perangkap bagi makanan yang menempel dan plak. Perawatan gigi yng dilakukan secara pribadi dapat mencegah kerusakan lebih lanjut.
3.      Advanced periodontal
Pada tahap ini di sebut dengan periodiditis yang lebih parah dari penyaakiyt gusi lainnya, jaringan dan tulang yang meyangga gigi telah hancur, di mana dapat menyebabkan gigi tanggal  atau gigi tercabut.
4.      Karang gigi ( culculus )
Merupakan plak ternneralisasi ( pembentukkan mineral seperti “ batukarang “ yamg menempel pada permukaan gigi. Berdasarkan lokasinya, karang gigi ada yang disebut pragingiva ( permukaan diatas gusi ) dan subgingiva ( permukaan di bawah gusi ). Karang gigi timbul pada daerah-daerah yang sulit dibersihkan.Karang gigi menjadi tempat melekatnya kuman –kuman dalam mulut .
4.      GEJALA-GEJALA MENGALLAMI MASLAH GUSI.
Jika kita mengalami gejala-gejala seperti di bawah ini segeralah periksakedokter atau kepuskesmas ter dekat :
1.      Gusi berwarna merah dan benggkak
2.      Gusi berdarah selama kita menyikat gigi atau melakukan flossing ( membersihkan gusi menggunakan benang wol )
3.      Gigi tampak lebih panjang, karena gusi tak lagi kuat menyangga
4.      Antara gusi dan gigi mulai ada jarak dan membentuk kantong
5.      Saat menggigit gigi goyang dan gusi terasa sakit
6.      Keluar nanah di anatara gusi dan gigi
7.      Bau nafas kita tak sedap dan mulut selalu merasa tak nyaman.

5.      CARA MENCEGAH  MASALAH GUSI
Cara mencegah agar tidak terjadi penyakit-penyakit gusi sebagai berikut :
1.      Sikat gigi dua kali sehari ( pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur ). Siikat gigi yang benar jika tidak tahu atau tidak memahami cara menyikat gigi yang benar maka berkonsultasi kedokter atau perawat gigi.
2.      Bersihkkan dengan benang halus setiap hari. Dengan membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela gigi atau gusi ( jangan menggunaakan tusuk gigi karena dapat membuat jarak gusi dan gigi )
3.      Makan, makanan yang bergizi makanan yang bergizi yaitu termaksud yang mengaandung vitamin C dan kalsium. Kedua zat ini sangat berguna untuk mengaja kesehatan gigi dan gusi.
4.      Minum cukup air. Minuman air yang vcukup setelah makan akan membantu membersihkan sisa-sisa makanan pada gusi dan gusi. Hal ini tentu mengurangi jumlh bakteri yang tinggal di sela-sela gigi atau pun gusi.
5.      Bberhenti merokok, karena rokok tidak baaik bagi keehatan gigi dan gusi.
6.      Hindari makanan yyang terlalu panaas dan dingin. Makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin dapat merusak kesehatan gigi dan gusi.
7.      Relaksasi, jika stress, penyakit apapun dapat timbul dan muncu dengan cepat termaksud penyakit paada gigi daan gusi . hal ini di karenakan peningkatan hormon stress yaitu kortisol. Hormon ini akan mengacaukan sistem hormon tubuh dan memancing beberpa penyakit berbahaya.


Perbaikan pelayanan BPJS untuk mendukung program pelayanan kesehatan

                                        Pemerintah menambah kuota Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) yang ditanggung...