Pemerintah menambah
kuota Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan (PBI-JK) yang ditanggung
oleh APBN di tahun 2019 menjadi 96,8 juta
jiwa dari sebelumnya sebanyak 92,4 juta jiwa. Penambahan
kuota ini merupakan wujud komitmen kuat
pemerintah terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS) khususnya dalam
hal peningkatan cakupan kepesertaan. “Ada
penambahan sebanyak 4,4 juta jiwa dari tahun-tahun
sebelumnya (2016-2018). Ini merupakan kabar baik,
diharapkan melalui penambahan kuota PBI ini akan mempercepat
terwujudnya cakupan kesehatan semesta atau
Universal Health Coverage,” jelas Kepala Humas BPJS Kesehatan, Iqbal Anas Ma’ruf (08/01).Iqbal menerangkan, penambahan kuota PBI-JK
ini berdasarkan surat
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia
Nomor 01/HUK/2019 tentang Penetapan Penerimaan
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2019
yang ditandatangani oleh Menteri Sosial Republik Indonesia,
Agus Gumiwang Kartasasmita. Data peserta ini
sudah termasuk bayi dari peserta PBI-JK yang didaftarkan
pada tahun 2019."Untuk
memastikan peserta yang menjadi PBI-JK adalah yang
benar-benar berhak dan memenuhi kualifikasi yang ditetapkan
pemerintah, pemutakhiran data pun secara rutin
dilakukan oleh Kementerian Sosial bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan dan menggandeng kementerian Dalam
Negeri dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil (Dukcapil) baik di tingkat pusat maupun daerah,"
ujar dia.Sepanjang tahun 2018
dilakukan proses verifikasi dan validasi
(verivali) yang dilakukan Kemensos sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan pemadanan dengan data
kependudukan sehingga ada sistem informasi data PBI
berbasis NIK. Ada beberapa hal yang diverifikasi dan divalidasi setiap waktu. Misalnya,
penghapusan peserta PBI-JK yang
sudah mampu, sudah menjadi Pekerja Penerima
Upah (PPU), meninggal dunia atau memiliki NIK
ganda. BPJS Kesehatan melaporkan setiap bulan ke
Kemenkes dengan tembusan Kemensos. Selanjutnya jika
sudah dikoordinasikan lintas lembaga, BPJS Kesehatan
akan menerima perubahan PBI-JK tersebut untuk
diperbaharui
kebersihan gigi dan mulut
nurhikmaiani
Selasa, 17 Desember 2019
Angka stunting 30 % di Indonesia
Angka tersebut setara dengan angka prevalensi
stunting secara nasional. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018, angka stunting di Indonesia masih sebesar 30,8 persen. Angka ini tentu
masih tinggi dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan oleh World Health
Organization (WHO) yakni 20 persen.
Oleh karena itu, Pemeritah Kabupaten (Pemkab)
Solok berharap semua pihak diharapkan ikut peduli dan bergerak dalam rangka
penurunan angka prevalensi stunting termasuk remaja.
"Untuk menangani stunting ini tidak bisa
hanya dengan cara penanggulangan, tapi juga perlu dilakukan tindakan
pencegahan. Oleh karena itu, penting untuk para remaja mendapatkan akses
edukasi mengenai gizi seimbang dan kesehatan karena merekalah yang nanti akan
melahirkan generasi berikutnya di masa depan," ujar Medison.
Oleh karena itu, Pemkab Solok menyambut baik
kehadiran forum sosialisasi Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) yang diadakan
oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Solok, Kamis, 3
Oktober 2019.
"Kami berharap para peserta dapat memahami
pemaparan dari narasumber di Genbest Solok ini dan nantinya bisa menjadi agen
pencegahan stunting di Kabupaten Solok. Mereka bisa menyebarkan informasi ini
kepada keluarga, teman-teman dan lingkungannya," ujar Medison.
Kepala Seksi Produksi Konten dan Diseminasi Info
Kesehatan Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (IKPMK), Kementerian Kominfo, Septa Dewi Anggraeni berharap dengan
adanya Forum Sosialisasi Genbest ini, para remaja Solok juga dapat menjadi agen
komunikasi dalam menyosialisasikan dan mengomunikasikan mengenai pencegahan
stunting kepada teman-teman sebaya mereka baik melalui tatap muka maupun
melalui media sosial.
“Indonesia akan mengalami bonus demografi di
tahun 2030. Bonus demografi ini akan menjadi sia-sia jika generasi mendatang
terkena stunting. Oleh karena itu, stunting harus dicegah sejak remaja dengan
memberikan pemahaman tentang pencegahan stunting dan pola hidup bersih dan
sehat. Hal ini dikarenakan nantinya para remaja inilah yang di masa depan nanti
akan menjadi ibu dan melahirkan generasi selanjutnya yang terbebas dari
stunting,” tutup Septa.
Selasa, 26 November 2019
ROKOK MEMBUNUHMU DAN MENGURAS ISI DOMPETMU
Rokok adalah produk tembakau yang dibakar dan
dihisap atau dihirup asapnya, baik rokok kretek, rokok putih, rokok cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya yang asapnya mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan
( PP RI No. 109, 2012) .
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian
dihisap asapnya, baik dengan menggunakan rokok ataupun menggunakan pipa
(Anggraeni, 2011). Jumlah rata-rata rokok yang dihisap sehari dikalikan dengan
lama merokok dalam tahun dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ringan
: 0-200
b. Sedang
: 201-600
c. Berat
:> 600
Sementara itu seseorang dikatakan bukan perokok
yaitu apabila tidak pernah sekali merokok satu batang ( Syamsuddin, 2015).
Panas dan akumulasi produk-produk hasil pembakaran
rokok merupakan iritan lokal yang dapat mempengaruhi responsi inflamasi gingival terhadap plak, rusaknya
jaringan pendukung gigi, dan penyembuhan luka pasca perawatan.
Perubahan-perubahan dalam rongga mulut seorang perokok dapat berupa :
a.
Endapan kecoklatan tar dan pewarnaan struktur gigi.
b.
Pewarnaan keabu-abuan yang menyebar (difusi) dan
leukoplak di Gingiva.
c.
Smoker’s
palate yang ditandai dengan penonjolan kelenjar mukosa disertai
inflamasi disekitar muara dan eritema yang difus atau gambaran permukaan
palatum seperti krikil (Megananda Hiranya Putri, 2011).
Secara
umum dikenal tiga aspek dari merokok, yaitu :
a.
Ketagihan secara fisik atau kimia, yaitu
ketagihan terhadap nikotin.
b.
Automatic habit, berupa kebiasaan dalam merokok,
ritual habit seperti membuka bungkus rokok, menyalakannya, menghisapnya
dalam-dalam, merokok sehabis makan, merokok sambil minum kopi dan lain-lain.
c.
Ketergantungan secara psikologis atau
emosional yaitu kebiasaan menggunakan rokok dalam mengatasi masalah yang
bersifat negatif, seperti rasa gelisah, kalut atau frustasi.
2.
Zat
Berbahaya dalam komponen rokok
Caldwell (2009)
berpendapat bahwa asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia. Secara umum
komponen rokok dibagi menjadi dua yaitu :
1.
Komponen gas
Komponen gas adalah
bagian yang dapat melewati filter yang terdapat didalam asap rokok antara lain:
lutidin, rubidin, formalin, asam karbolik, metalimin, akreolin, colidin,
viridin, arsen, asam formik, nikotin, hidrogen sulfida, pirel, furfurol,
benzopiren, metil alkohol, asam hidrosianik, korodin, amonia, metana,
karbonmonoksida, dan piridin. Benzopiren dan lutidin berasal dari tar tembakau
yang dapat menyebabkan kanker. Colidin menyebabkan kelumpuhan dan lambat laun
mengakibatkan kematian. Asam karbolik dan asam hidrosianik, keduanya merupakan
racun yang berbahaya. Asam hidrosianik sangat populer digunakan para penulis
cerita detektif. Racun tersebut mampu membunuh dalam hitungan menit.
sumber gambar
sumber gambar
Metil alkohol menimbulkan
kebutaan, sementara karbon monoksida mengikat oksigen didalam darah, sehingga
darah tidak bisa menyuplai oksigen keseluruh jaringan tubuh.
Formalin sering
digunakan untuk membalsem mayat. Sementara arsenik adalah sejenis racun yang
digunakan untuk membunuh tikus. Kandungan arsenik didalam tembakau ternyata 50
kali lebih besar dari jumlah yang diizinkan secara legal.
2.
Komponen padat
Komponen padat adalah
bagian yang tertinggal pada filter berupa nikotin dan tar. Nikotin merupakan
bahan adiktif yang menimbulkan ketergantungan atau kecanduan. Perokok yang
kecanduan nikotin tidak dapat beradaptasi dengan semakin meningkatnya konsumsi
perokok. Tar adalah kumpulan beribu-ribu bahan kimia yang terdapat dalam rokok.
Tar bersifat karsinogen penyebab kanker.
3.
Klasifikasi
Perokok
Membagi perokok atas tiga kategori yaitu :
a.
Perokok adalah seorang yang belum pernah
mencoba merokok sama sekali.
b.
Eksperimen adalah seseorang yang telah
mencoba merokok tetapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.
c.
Perokok tetap atau perokok reguler
adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas
yang lebih tinggi.
Berdasarkan kemampuannya menghisap rokok dalam
sehari, perokok dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu :
a.
Perokok ringan yaitu perokok yang
mengonsumsi rokok kurang dari 10 batang per hari.
b.
Perokok sedang yaitu perokok yang mengonsumsi
10-20 batang rokok per-hari.
c.
Perokok berat yaitu perokok yang
mengonsumsi lebih dari 20 batang rokok perhari (Alamsyah, 2016).
4.
Mekanisme
merokok
Asap yang dihembuskan
pada saat merokok dibedakan atas : asap utama (main stream smoke) dan asap samping
(side stream smoke). Asap utama merupakan bagian asap tembakau yang dihirup
langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang
disebar ke udara bebas dan dapat dihirup oleh orang lain yang berada diruang
yang sama yang dikenal perokok pasif
(Denny
Ermawati, 2015).
1.
Jenis-jenis
Rokok
Ada dua jenis produk rokok di Indonesia yaitu rokok
putih dan rokok kretek rokok kretek, yaitu :
1)
rokok kretek, yakni rokok yang memiliki
ciri khas adanya campuran cengkeh pada tembakau rajangan yang menghasilkan
bunyi kretek-kretek ketika dihisap (Anonymous, 2001), berdasarkan cara
pembuatannya rokok kretek dapat dibedakan menjadi sigaret kretek tangan (SKT)
yaitu rokok kretek yang dibuat menggunakan tangan (Susanto, 2001), dan sigaret
kretek mesin (SKM) yang berawal ketika pabrik rokok Bentoel menggunakan mesin
karena kekurangan tenaga pelinting (Susanto, 2001).
2)
rokok putih, adalah rokok dengan atau
tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris atau tembakau lainnya tanpa
menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas sigaret dan boleh menggunakan bahan
tambahan kecuali yang tidak diijinkan berdasarkan ketentuan Pemerintah RI
(Anonymous, 1999).
3)
cerutu, adalah produk dari tembakau
tertentu berbentuk seperti rokok dengan bagian pembalut luarnya berupa lembaran
daun tembakau dan bagaian isisnya campuran serpihan tembakau tanpa penambahan
bahan lainnya. Tembakau tertentu berbentuk seperti rokok dengan bagian pembalut
luarnya berupa lembaran daun tembakau dan bagaian isisnya campuran serpihan
tembakau tanpa penambahan bahan lainnya.
2.
Pengaruh
rokok pada kesehatan gigi dan mulut
Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih
banyak dari pada yang bukan perokok. Rokok menigkatkan risiko penyakit yang
berhubungan dengan gigi dan gusi, yakni menimbulkan gusi berdarah, gusi
bengkak, bau mulut, gigi tanggal hingga kanker oral. Gigi dapat berubah warna
karena efek tembakau. Asam lambung juga turut meningkat seiring dengan
menigkatnya keasaman mulut sehingga para perokok sering terserang penyakit mag
(Denny Ermawati, 2015).
a.
Penyakit jantung
Bahaya yang sering bagi para perokok adalah adanya
penyakit jantung. Insiden serangan penyakit jantung lebih banyak dibandingkan
penyakit kanker paru-paru akibat rokok.
b.
Penyakit paru
Akibat asap rokok yang masuk saluran napas
menimbulkan rangsangan jalan napas, jalan napas dirangsang setiap hari dengan
bahan beracun memicu timbulnya kanker paru-paru.
c.
Emphisema paru
Perokok berat menahun akan mengalami emphisema.
Paru-paru akan kehilangan elastisitasnya, sehingga sulit mengeluarkan kotoran
tandanya adalah sesak napas, baik pagi dan malam hari.
d.
Impotensi
Peredaran bahan nikotin menyebar keseluruh tubuh
termaksud kealat reproduksi laki-laki. Pengaruhnya adalah akan mengganggu
proses pembuatan sel bibit lelaki selain menyebabkan disfungsi ereksi dan
akibatnya menimbulkan peristiwa impotensi (Alamsyah, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni N dan Siti RI, 2011. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Remaja dan Dukungan Orang Tua dengan Kejadian Merokok pada Remaja
Usia 13-15 tahun di SMP Negeri 1 Sampang. Jurnal
ilmu Kebidanan dan Kandungan Vol. 4 (No.2)
Alamsyah,
R.M., 2009, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan hubungannya
dengan status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan, Tesis, Univ. Sumatra Utara.
Syamsuddin, 2014. Asap Rokok dan Ruangan Ber-Ac. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis . Vol.4 (No.2): Hal 138.
Senin, 18 November 2019
GINGIVA
1.
PENGERTIAN
GUSI
Gusi atau dikenal dalam bahasa medis lebih di kenal dengan gingivitis
adalah jaringan lunak yang menetupi leher gigi atau tulang rahang, baik yang terdapat pada rahang atas maupun rahang bawah. Gusi sendiri merupakan salah satu dari jaringan
penyangga gigi.
Gusi tersebut ada yang melekat betul pada tulang rahang,
ada yang lepas dari tulang rahang hanya menempel saja pada leher gigi. Bagian
ini disebut tepi gusi bebas ( free
marginal ginggiva ). Tepi bebas yang berada dianatara dua gigi yang berdekatan
disebut dengan interdental papilla.
2.
CIRI-CIRI GUSI SEHAT.
Tanda-tanda atau ciri-ciri gusi sehat yaitu :
1.
Warnanya merah
mudah ( sesuai warna kulit seseorang )
2.
Gusi melekat erat
pada tulang rahang
3.
Mempunyai bentuk
seperti gigi pisau dan sekitarnya seperti bulan sabit
4.
Tidaka ada rasaa
sakit
5.
Tidak ada
perdarahan
6.
Tidak bengkak dan
apabila terjadi bengkak biasanya warna sangat merah dan mudah terjadi
perdarahan.
3.
PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH GUSI YANG TIDAK
SEHAT.
Apabila gusi anda tidak tampak seperti ciri-ciri di atas
segeralah periksakan dan ketahui apa penyebab. Sebab, ada beberapa penyakit
yang biasanya menjangkit gusi. Penyakit tersebut antara lain:
1.
Ginggivitis
Yaitu peradangan yang disebabkan oleh plak yang terbentuk
sekitar gusi. Jika pembersihan gigi yang dilakukan setiap hari tak mampu
membersihkan dan mengangkat plak yang terbentuk, hal itu bisa memproduksi
racunyang bisa menyebabkan iritasi pada lapisan luar gusi dan timbullah gingivitis.
2.
Periodontitis
Pada tahap ini, tulang penyangga gigi dan jaringan yang
menyangga gigi di tempay yang terinfeksi tersebut sudah mulai mengalami
“kerusakan”. Gusi sudah mulai membentuk kantong yang aan menjadi perangkap bagi
makanan yang menempel dan plak. Perawatan gigi yng dilakukan secara pribadi
dapat mencegah kerusakan lebih lanjut.
3.
Advanced
periodontal
Pada tahap ini di sebut dengan periodiditis yang lebih
parah dari penyaakiyt gusi lainnya, jaringan dan tulang yang meyangga gigi
telah hancur, di mana dapat menyebabkan gigi tanggal atau gigi tercabut.
4.
Karang gigi (
culculus )
Merupakan plak ternneralisasi ( pembentukkan mineral
seperti “ batukarang “ yamg menempel pada permukaan gigi. Berdasarkan
lokasinya, karang gigi ada yang disebut pragingiva ( permukaan diatas gusi )
dan subgingiva ( permukaan di bawah gusi ). Karang gigi timbul pada
daerah-daerah yang sulit dibersihkan.Karang gigi menjadi tempat melekatnya
kuman –kuman dalam mulut .
4.
GEJALA-GEJALA MENGALLAMI MASLAH GUSI.
Jika kita mengalami gejala-gejala seperti di bawah
ini segeralah periksakedokter atau kepuskesmas ter dekat :
1.
Gusi berwarna merah dan benggkak
2.
Gusi berdarah selama kita menyikat gigi atau
melakukan flossing ( membersihkan gusi menggunakan benang wol )
3.
Gigi tampak lebih panjang, karena gusi tak lagi kuat
menyangga
4.
Antara gusi dan gigi mulai ada jarak dan membentuk
kantong
5.
Saat menggigit gigi goyang dan gusi terasa sakit
6.
Keluar nanah di anatara gusi dan gigi
7.
Bau nafas kita tak sedap dan mulut selalu merasa tak
nyaman.
5.
CARA MENCEGAH MASALAH GUSI
Cara mencegah
agar tidak terjadi penyakit-penyakit gusi sebagai berikut :
1.
Sikat gigi dua kali sehari ( pagi sesudah sarapan
dan malam sebelum tidur ). Siikat gigi yang benar jika tidak tahu atau tidak
memahami cara menyikat gigi yang benar maka berkonsultasi kedokter atau perawat
gigi.
2.
Bersihkkan dengan benang halus setiap hari. Dengan
membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela gigi atau gusi ( jangan
menggunaakan tusuk gigi karena dapat membuat jarak gusi dan gigi )
3.
Makan, makanan yang bergizi makanan yang bergizi
yaitu termaksud yang mengaandung vitamin C dan kalsium. Kedua zat ini sangat
berguna untuk mengaja kesehatan gigi dan gusi.
4.
Minum cukup air. Minuman air yang vcukup setelah
makan akan membantu membersihkan sisa-sisa makanan pada gusi dan gusi. Hal ini
tentu mengurangi jumlh bakteri yang tinggal di sela-sela gigi atau pun gusi.
5.
Bberhenti merokok, karena rokok tidak baaik bagi
keehatan gigi dan gusi.
6.
Hindari makanan yyang terlalu panaas dan dingin.
Makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin dapat merusak kesehatan gigi dan
gusi.
7.
Relaksasi, jika stress, penyakit apapun dapat timbul
dan muncu dengan cepat termaksud penyakit paada gigi daan gusi . hal ini di
karenakan peningkatan hormon stress yaitu kortisol. Hormon ini akan mengacaukan
sistem hormon tubuh dan memancing beberpa penyakit berbahaya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Perbaikan pelayanan BPJS untuk mendukung program pelayanan kesehatan
Pemerintah menambah kuota Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) yang ditanggung...
-
1. Karies Gigi Sumber Gambar Karies gigi berasal dari bahasa latin yang artinya luba...
-
Pemerintah menambah kuota Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) yang ditanggung...